Kamis, 31 Agustus 2017

Dekorasi Tari

Tata lampu berfungsi untuk memberi penerangan penari di atas panggung, disamping itu tata lampu juga berfungsi untuk membantu mempertkuat/mengangkat  suasana dalam garapan karya tari.
Tata lampu dibedakan menjadi dua yaitu: lampu tradisional dan lampu modern.
a.       Lampu tradisional, masih bersifat sederhana  menggunakan minyak tanah misalnya: obor, lampu teplok, petromak, lilin.
b.      Lampu modern, menggunakan alat bantuan tenaga listrik. Misalnya spot light, strip light, foot light (lampu kaki), lampu ini bias sehingga perlu diberi kertas warna untuk dapat memantulkan sinar yang berwarna-warni dengan tujuan dapat mewujudkan/membantu suasana yang diinginkan.
Fungsi Tata Lampu, sebagai alat penerangan, penciptaan suasana, misalnya suasana agung dengan warna kuning, perang (warna merah), sedih (warna ungu). Penguat adegan misalnya penggunaan follow untuk menguatkan adegan percintaan.
 
Bentuk panggung seni pertunjukan di Indonesia sesuai dengan jenis pementasan dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu bentuk tradisional, dan modern.
Bentuk tradisional sangat kaya sesuai dengan daerah yang ada di
Nusantara ini yang diwariskan oleh nenek moyang dan terpelihara dengan baik sampai sekarang. Adapun bentuk-bentuk panggung tersebut yaitu: pendapa di Jawa, bentuk wantilan di Bali, rumah gadang di Sumatera., arena dan sebagainya.
Sedangkan panggung modern adalah bentuk panggung proscenium baik dalam bentuk tertutup maupun terbuka. Bentuk tertutup biasanya dibatasi dengan wing yang ada pada sisi kanan dan kiri panggung.
 
Properti adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk kebutuhan tari. Biasanya property disesuaikan dengan tema tarian yang akan ditampilkan baik untuk tarian putra maupun tarian putri. Berdasarkan pemanfaatannya property dibedakan menjadi dua yaitu: dance prop dan stage prop.
Dance prop adalah segala peralatan yang dipakai /dipegang atau dimainkan  oleh seorang penari pada waktu menari. Adapun property yang biasa dipakai dalam tari trasional di Indonesia: kipas, saputangan, selendang/sampur, panah, keris, pedang, tameng, gada, tombak, kendi, boneka, sabit, caping, tenggok, tali, payung, bokor dan sebagainya. Dalam pemakaian property yang perlu  dipertimbangkan adalah mengusahakan agar alat tersebut bisa menyatu dengan gerak, dan sesuai dengan isi garapan tarinya.
Stage prop adalah segala peralatan yang ditata di atas panggung yang membantu penampilan garapan tarinya. Alat-alat yang biasa dipakai antara lain bingkai, trap, gapura, pepohonan, sekat, dan juntaian kain.

Busana Tari

Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan perlengkapan (accessories) yang dikenakan penari di atas panggung.
Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian
1)      Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian pokoknya. Misalnya, setagen, korset, rok dalam, straples
2)      Pakaian  kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya binggel, gongseng, kaos kaki, sepatu.
3)      Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian tubuh mulai dari dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja,  mekak, rompi, kace, rapek, ampok-ampok, simbar dada, selendang, dan seterusnya.
4)      Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala. Misalnya berbagai macam jenis tata rambut (hairdo) dan riasan bentuk rambut (gelung tekuk, gelung konde, gelung keong, gelung bokor, dan sejenisnya). 
5)      Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi ke empat pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif, pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan gelang, kalung, ikat pinggang, kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang tangan), kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya.
Perlengkapan atau alat yang dimainkan pemeran di atas pentas disebut dengan istilah property. Misalnya, selendang, kipas, tongkat, payung, kain, tombak, keris, dompet, topi, dan semacamnya.
Tata rias dan busana ini berkaitan erat dengan warna, karena warna di alam seni pertunjukan berkaitan dengan   karakter seorang tokoh yang dipersonifikasikan kedalam warna busana yang dikenakan beserta riasan warna make up oleh tokoh bersangkutan oleh karenanya warna dikatakan sebagai simbol. Dalam pembuatan busana penari, warna dapat juga digunakan hanya untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan keindahannya saja dalam memadukan antara yang satu dengan lainnya. Dalam pembuatan kostum, warna  menjadi syarat utama karena begitu dilihat warnalah yang membawa kenikmatan utama. Di dalam buku Dwimatra (2004: 28 – 29) warna dibedakan menjadi lima yaitu, warna primer, sekunder, intermediet, tersier, dan kuarter.
a)    Warna primer  yaitu disebut juga warna pokok/warna utama, yang terdiri dari warna merah, kuning, dan biru.. Warna  merah adalah simbol keberanian, agresif/aktif. Pada dramatari tradisional warna tersebut biasanya dipakai oleh raja yang sombong, agresif/aktif. Misalnya: Duryanada, Rahwana, Srikandi. Warna biru mempunyai kesan ketentraman dan memiliki arti simbolis kesetiaan. Pada drama tradisional warna tresebut dipakai oleh seorang satria atau putri yang setia kepada Negara dan penuh pengabdian. Misalnya; Dewi Sinta, Drupadi. Warna kuning mempunyai kesan kegembiraan.
b)    Warna sekunder adalah warna campuran yaitu hijau, ungu, dan orange.
c)    Warna intermediet adalah warna campuran antara warna primer dengan warna dihadapannya. Misalnya warna merah dicampur dengan hijau, biru dengan orange, kuning dengan violet.
d)    Warna tersier adalah campuran antara warna primer dengan warna sekunder yaitu warna merah dicampu orange, kuning dengan  orange, kuning dengan hijau, hijau dengan biru, biru dengan violet, violet dengan merah.
e)    Warna kuarter yaitu percampuran antara warna primer dengan warna tersier, dan warna sekunder dengan tersier yang  melahirkan 12 warna campuran baru..
f)     Warna netral yaitu hitam dan putih. Warna hitam memberikan kesan kematangan dan kebijaksanaan. Pada drama tradisional biasa dipakai oleh satria, raja, dan putri yang yang bijaksana. Misalnya Kresna, Puntadewa, Kunti. Sedangkan warna putih memberikan kesan  muda, memiliki arti simbolis kesucian. Di dalam drama tradisional warna tersebut dipakai oleh pendeta yang dianggap suci.  

Warna-warna tersebut di atas dapat digolongkan menjadi dua bagian sesuai dengan demensi, intensitas,  terutama bila dikaitkan dengan emosi seseorang yang disebut dengan warna panas dan warna dingin. Warna panas yaitu merah, kuning, dan orange. Warna dingin terdiri atas hijau, biru, ungu, dan violet.
Dalam pembuatan pakaian tari warna dan motif kain menjadi perhatian dan bahan pertimbangan, karena berhubungan erat dengan peran, watak, dan karakter para tokohnya.  
Warna sebagai lambang dan pengaruhnya terhadap karakter dari tokoh (pemain). Penggunaan warna dalam sebuah garapan tari dihubungkan dengan fungsinya sebagi simbol, di samping warna mempunyai efek emosional yang kuat terhadap setiap orang.
Warna biru memberi kesan perasaan tak berdaya (tidak merangsang), terkesan dingin. Warna hijau  memberi kesan dingin. Warna kuning dan orange memberi kesan perasaan riang, menarik perhatian. Warna merah memberi kesan merangsang, memberi dorongan untuk berpikir (dinamis). Warna merah Jambu mengandung kekkutan cinta. Warna Ungu memberi kesan ketenangan.Image result for pengertian kostum tari

Make Up Tari Tradisional

1. Tata Rias
 Pada dasarnya, tata rias bukan sesuatu yang asing bagi semua orang, khususnya kaum wanita sebab tata rias merupakan aspek untuk mendukung penampilan dan telah menjadi kebiasaan sehari-hari.
Tata rias untuk koreografi merupakan kelengkapan penampilan yang bersifat mutlak. Seorang aktor atau artris pada waktu akan tampil di depan publiknya selalu mempersiapkan diri merias wajahnya. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pandangan (penglihatan) mata seseorang dalam menjangkau obyek yang jauh, yang berkisar antara 5 - 7 meter, bahkan ada yang mencapai kurang lebih 20 meter. Dengan demikian, seseorang yang tampil dalam jarak tersebut perlu mendapat bantuan dari peralatan kosmetik agar wajahnya  tetap dapat dilihat jelas.
Di samping itu, tata rias juga bertujuanuntuk membuat penampilan penari berbeda dengan kondisi sehari-hari, terlebih jika tarian yang dibawakan menghendaki penampilan wajah yang  berbeda, apakah menjadi lebih tua, lebih muda, atau digambarkan menyerupai wajah hewan tertentu.
Dengan demikian,  tata rias untuk koreografi  mempunyai perbedaan  tertentu dengan tata rias sehari-hari. Perbedaan tersebut bisa  terletak pada aspek bentuk, bahan, atau tekniknya. Semuannya akan sangat tergantung pada konsep koreografinya.

2. Fungsi Tata Rias
Berdasarkan fungsinya, tata rias untuk koreografi dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu sebagai berikut.
   1.    Tata Rias berfungsi sebagai penegas   garis (contur) wajah
Seseorang yang tampil di depan umum (publik) dalam jarak yang relatif jauh membutuhkan cara-cara tertentu untuk membuat garis wajahnya tampak jelas, yaitu yang terdiri dari garis-garis pada alis, mata, hidung, dan mulut (bibir).
Di samping itu juga diharapkan wajah tidak tampak terlalu datar (flat), akan tetapi diharapkan  adanya bayangan pada lekuk-lekuk wajah (shadow) yang berupa penonjolan. Penonjolan tersebut dimaksudkan untuk menunjukan kedimensionalannya.
   2.    Tata Rias berfungsi sebagai pembentuk  karakter penari
Tata rias selain berfungsi mempertegas garis wajah,  tat arias panggung  ( stage make up) berfungsi sebagai pembentuk karakter penari, yaitu memperjelas atau mempertegas kehadiran tokoh-tokoh tertentu. Dengan demikian, tata rias  berfungsi untuk merubah wajah asli menjadi wajah  tokoh-tokoh tertentu yang sesuai dengan konsep koreografinya.
Jika ingin  mendapatkan atau memenuhi fungsi di atas,   terlebih dahulu seorang penata rias (make up desainer) perlu mengetahui sedikit tentang anatomi wajah, mengingat wajah manusia terdiri dari beberapa bagian. Bagian-bagian tersebut harus diperlakukan dengan cara yang berbeda, baik teknik, bahan atau bentuk yang diinginkan.
Bentuk wajah menunjukan adanya perbedaan antara bentuk wajah (muka) lebar dan bentuk wajah (muka) bundar. Perbedaan tersebut akan berpengaruh besar jika sebuah koreografi menghendaki kesan wajah penari yang sama. Sehingga perbedaan-berbedaan bentuk harus dinetralkan. Tujuannya adalah agar penari di atas penggung tidak mempunyai perbedaan satu dengan yang lainnya.
Bentuk wajah (muka) persegi dan bentuk wajah (muka) kecil sangat jauh berbeda. Dalam hal ini dibutuhkan teknik atau ketrampilan dari seorang penata rias, agar wajah yang sangat jauh berbeda dapat mempunyai kesan yang sama.
Beberapa bentuk wajah atau muka tersebut akan berpengaruh besar terhadap cara-cara merias atau teknik (make up) sebab bentuk-bentuk wajah tersebut akan mempengaruhi jarak dari bagian-bagian muka itu sendiri. Misalnya letak dan jarak mata terhadap alis, hidung atau mulut.
Meskipun demikian, cara-cara merias pada tingkat  dasar sesungguhnya sama saja, Oleh karena itu,  yang perlu diperhatikan adalah teknik dan pengetahuan dasar merias wajah.
      a.Anatomi Wajah 
Seperti yang telah diketahui bersama, bahwa wajah atau muka seseorang tidak hanya terdiri dari kulit atau daging saja, tetapi dibentuk oleh tulang-tulang yang rata, menonjol dan cekung. Misalnya tulang dahi yang menonjol (cembung) atau rata, tulang pipi yang cembung atau menonjol. Atau tulang di bawah pipi rata.
Cekung, cembung dan rata pada permukaan wajah cendrung tidak sama, seringkali semuanya tampak datar. Oleh karena itu, dalam teknik tata rias,  tulang-tulang dan permukaan wajah tersebut harus ditegaskan dan  sudah barang tentu menggunakan alat-alat dan bahan merias.
Adapun bagian-bagian dari wajah yang membuthkan penekanan bisa diperhatikan dari bagian yang disebut primer (utama) dan sekunder (kedua). Bagian yang utama adalah bagian yang perlu mendapatkan penonjolan, sedangkan bagian kedua hanya mendapatkan penegasan. Di samping itu,  ada juga bagian yang istimewa atau khusus, yaitu bagian mata dan alis, bagian hidung dan bagian mulut.
Bagian wajah yang disebut primer atau bagian yang utama adalah bagian yang mempunyai dasar tulang yang menonjol sehingga perlu ditonjolkan. Adapun penonjolan tersebut dapat dipergunakan warna-warna yang lebih terang dan menyolok.
Adapun bagian yang disebut khusus adalah bagian wajah yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu bagian sekitar mata dan alis. Bagian ini perlu mendapatkan suatu penekanan adanya efek bayangan atau shadow. Sedangkan bagian-bagian yang memiliki kontur (garis) seperti alis dan garis mata perlu mendapatkan penegasan.
Di samping itu,  yang perlu mendapat perhaian adalah  bibir, bibir ini mempunyai bentuk tertentu, dimana kadang tidak serasi dengan bagian yang lain seperti terlalu kecil, terlalu besar atau terlalu lebar.

Bagian wajah yang mendapat perhatian khusus pula di samping kedua bagian yang telah disabutkan di atas adalah hidung. Secara anatomis bagian hidung merupakan bagian yang mempunyai banyak variasi. Di mana variasi tersebut dapat menunjukkan ciri-ciri etnis tertentu. Tetapi juga bisa tidak demikian, karena seorang dengan orang lain  mempunyai perbedaan yang mendasar tentang bentuk hidungnya, atau bentuk bagian wajah yang lain.
Demikianlah bagian-bagian yang terangkum dalam ruang lingkup anatomi wajah (muka). Hal ini dikemukakan sebagai pengantar pengenalan tentang bagian-bagian wajah. Tujuannya agar dalam merancang tata rias untuk kebutuhan koreografi dapat dikerjakan dengan tepat dan baik.
Pengenalan tentang anatomi wajah dimungkin mendapatkan mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu dalam merencanakan desain tatarias yang tepat atau sesuai dengan keinginan penata tari. Oleh karena itu yang diutamakan pada tata rias adalah kemampuan teknis atau praktek merias. Salah satunya yang mendapat perhatian dalam merias wajah adalah membentuk alis.
      b.Teknik Membentuk Alis Mata
Teknik membuat garis alis dapat diukur menggunakan pensil alis. Menarik  garis alis jangan terlalu tinggi. Karena akan  mendapatkan bentuk  alis yang tidak serasi dengan lengkung kelopak mata. Untuk itu dapat digunakan Teknik  menggris mengukur garis alis mulai dari sayap hidung  ke ujung pensil. Atau mengukur  dari sayap hidung ke ujung awal mata. Dengan demikian ditemukan titik permulaan melukiskan garis alis yang bagus.
Panjang garis alis dapat diukur  dengan cara menempelkan pensil dari sayap hidung ke ujung ke ujung akhir mata, Sehingga didapatkan penentuan panjang atau pendeknya alis yang akan dibuat.


3. Tata Rias Tari
Tata rias dalam seni pertunjukan, khususnya dalam seni tari merupakan salah satu kelengkapan yang penting. Hal ini disebabkan oleh dua faktor yang mendasar yaitu:
    1.    Tata rias merupakan bagian yang berkaitan dengan pengungkapan  tema atau isi cerita, maka tata rias  merupakan salah satu aspek visual yang mampu menentun interpertasi penonton pada obyek estetik yang disajikan atau sesuatu yang ditarikan.
    2.    Tata rias sebagai salah satu upaya untuk memberikan ketegasan atau kejelasan dari anatomi wajah, karena sajian tari pada umumnya disaksikan oleh penonton dengan jarak yang cukup jauh, yaitu antara 5 - 7 meter.

Sebuah sajian tari yang bersifat tematik atau sajian yang bersifat naratif (bercerita) sangat membutuhkan upaya untuk menonjolkan karakteristik wajah. Tata rias yang bersifat karakteristik sudah barang tentuk dibutuhkan pemahaman tentang karakter objek yang ditarikan, baik karakter manusia ataupun binatang.
Model ketrampilan penata rias dapat diawali dari ketrampilan tat arias sehari-hari, yaitu membuat garis alis, memberikan penonjolan pada tulang pipi, atau membentuk bibir.  Hanya saja yang perlu diperhatikan dalam membentuk wajah adalah memperhatikan pada aspek desain (pola) dan jenis tata rias tertentu, misalnya tat arias yang didasarkan pada karakter tari klasik, yang umumnya membagi karakternya dalam beberapa jenis,  yaitu meliputi.

Tata Rias karakter dasar
Dalam tata rias karakter dasar ini ada 4 jenis yaitu:
-    Tata rias jenis karakter putri halus.
-    Tata rias jenis karaktrer putri kasar (gagah)
-    Tata rias jenis akrakter putra halus
-    Tata rias jenis karakter putra gagah


Rabu, 23 Agustus 2017

Tari Tradisional

Pengertian tari tradisional adalah suatu tarian yang pada dasarnya berkembang di suatu daerah tertentu yang berpedoman luas dan berpijak pada adaptasi kebiasaan secara turun temurun yang dipeluk/dianut oleh masyarakat yang memiliki tari tersebut. Di buku lain mengatakan bahwa tari tradisional adalah suatu tarian yang berasal dari masyarakat daerah tersebut yang sudah turun temurun dan menjadi budaya masyarakat tersebut.

Tari tradisional dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Tari klasik
ciri  ciri dari tari klasik adalah:
a. gerakan dari tarinya sudah ditentukan
b. Nilai seninya tinggi
c. pekembangannya di kalangan bangsawan
d. setiap gerakannya mengandung arti, misalnya seperti gerakan menanam padi
Salah satu dari jenis tari klasik adalah Tari Bedaya Ketawang yang berasal dari daerah Jawa Tengah.
Contoh tari klasik lainnya adalah tari Lawung Alit, tari Gandrung, tari Bandayuda, tari Gathotkaca, tasi
Srimpi, tari Retna Tanding, tari Srikandi Bisma, dan tari Bedaya.

2. Tari tradisional folklasik atau tari rakyat
Untuk ciri dari tari folklasik adalah:
a. Sifatnya sosial
b. nilai seninya sedang
c. berasal dari adat tertentu/ setiap adat biasanya memilikinya
d. berasal dari rakyat daerah tertentu, contohnya di Banyumas mempunyai tari yang bernama Banyumasan
Contoh dari tarian folklasik adalah tari Banyumasan yang berasal dari kabupaten Banyumas, jawa tengah. Contoh lain dari tari klasik adalah tari piring, tari Sintren,  tari Buncis, tari Kubrasiwa, tari Orek-orek, dan tari Tayub.


1. Tari Tradisional
20120531FestivalTariTradisional-310512-4
Pengertian Tari Tradisional Dari beberapa bahan bacaan, dapat saya ambil kesimpulan bahwa pengertian tari tradisional adalah suatu tarian yang tumbuh dan berkembang di suatu daerah tertentu yang dianut secara turun temurun oleh masyaraktnya. Tari tradisional umumnya memiliki nilai historis yang tinggi, pedoman yang luas, dan berpijak pada adaptasi adat istiadat lingkungan sekitar tempat tumbuhnya.
Berdasarkan koreografinya, tari tradisional dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu tari rakyat, tari klasik, dan tari kreasi baru.
2. Tari Rakyat (Tari Folklasik)
contoh tari tunggal - gatotkaca gandrung
Tari rakyat adalah jenis tari tradisional yang lahir dari kebudayaan masyarakat lokal, hidup dan berkembang sejak zaman primitif, dan diturunkan secara turun temurun sampai sekarang. Tari rakyat atau juga dikenal dengan sebutan tari folklasik umumnya memiliki beberapa ciri khas antara lain kental dengan nuansa sosial, merujuk pada adat dan kebiasaan masyarakat, serta memiliki gerak, rias, dan kostum yang sederhana. Beberapa contoh tari tradisional yang masuk dalam kategori tari rakyat antara lain tari Lengger, Tayub, Orek-Orek, tari Piring, Joget, Kubrasiwa, Buncis, Ndulalak, Sintren, Angguk, dan tari Rodat. Perlu diketahui bahwa tari rakyat umumnya juga sarat dengan nilai magis.
3. Tari Klasik
Klasik_Dance
Pengertian tari klasik adalah tari tradisional yang lahir di lingkungan keraton, hidup dan berkembang sejak zaman feodal, dan diturunkan secara turun temurun di kalangan bangsawan. Tari klasik umumnya memiliki beberapa ciri khas antara lain berpedoman pada pakem tertentu (ada standarisasi), memiliki nilai estetis yang tinggi dan makna yang dalam, serta disajikan dalam penampilan yang serba mewah mulai dari gerak, riasan, hingga kostum yang dikenakan. Beberapa contoh tari tradisional yang masuk dalam kategori tari klasik antara lain tari bedaya, srimpi, lawung ageng, lawung alit, Gathotkaca Gandrung, Bondabaya, Bandayuda, Palguna-palgunadi, Retna Tinanding, dan tari Srikandi Bisma.
4. Tari Kreasi Baru
Tari Manipuren, Jawa Tengah
Pengertian tari kreasi baru adalah tari klasik yang diaransemen dan dikembangkan sesuai perkembangan zaman, namun tetap mempertahankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tari kreasi baru umumnya diciptakan oleh para pakar tari.  Beberapa tari kreasi dapat kita lihat pada karya-karya Bagong Kusudiarjo dan Sauti. Contoh tari kreasi baru misalnya Tari Kupu-Kupu, Tari Merak, Tari Roro Ngigel, Tari Ongkek Manis, Tari Manipuri, dan Tari Roro Wilis.
5. Tari Bercorak Prasejarah atau Tari Suku Pedalaman
xingu1
Sebelum bersentuhan dengan pengaruh asing, suku bangsa di kepulauan Indonesia sudah mengembangkan seni tarinya tersendiri, hal ini tampak pada berbagai suku bangsa yang bertahan dari pengaruh luar dan memilih hidup sederhana di pedalaman, misalnya di Sumatera (Suku Batak, Nias, Mentawai), di Kalimantan (Suku Dayak, Punan, Iban), di Jawa (Suku Baduy), di Sulawesi (Suku Toraja, Suku Minahasa), di Kepulauan Maluku dan di Papua (Dani, Asmat, Amungme).
Banyak ahli antropologi percaya bahwa tarian di Indonesia berawal dari gerakan ritual dan upacara keagamaan. Tarian semacam ini biasanya berawal dari ritual, seperti tari perang, tarian dukun untuk menyembuhkan atau mengusir penyakit, tarian untuk memanggil hujan, dan berbagai jenis tarian yang berkaitan dengan pertanian seperti tari Hudoq dalam suku Dayak. Tarian lain diilhami oleh alam, misalnya Tari Merak dari Jawa Barat. Tarian jenis purba ini biasanya menampilkan gerakan berulang-ulang seperti tari Tor-Tor dalam suku Batak yang berasal dari Sumatera Utara. Tarian ini juga bermaksud untuk membangkitkan roh atau jiwa yang tersembunyi dalam diri manusia, juga dimaksudkan untuk menenangkan dan menyenangkan roh-roh tersebut. Beberapa tarian melibatkan kondisi mental seperti kesurupan yang dianggap sebagai penyaluran roh ke dalam tubuh penari yang menari dan bergerak di luar kesadarannya. Tari Sanghyang Dedari adalah suci tarian istimewa di Bali, dimana gadis yang belum beranjak dewasa menari dalam kondisi mental tidak sadar yang dipercaya dirasuki roh suci. Tarian ini bermaksud mengusir roh-roh jahat dari sekitar desa. Tari Kuda Lumping dan tari keris juga melibatkan kondisi kesurupan
6. Tari bercorak Hindu-Buddha
729_bali_-_penari_pendet_membawa_sangku_berisi_bunga_pada_tari_pendet_-_ie
Dengan diterimanya agama dharma di Indonesia, Hinduisme dan Buddhisme dirayakan dalam berbagai ritual suci dan seni. Kisah epik Hindu seperti Ramayana, Mahabharata dan juga Panji menjadi ilham untuk ditampilkan dalam tari-drama yang disebut "Sendratari" menyerupai "ballet" dalam tradisi barat. Suatu metode tari yang rumit dan sangat bergaya diciptakan dan tetap lestari hingga kini, terutama di pulau Jawa dan Bali. Sendratari Jawa Ramayana dipentaskan secara rutin di Candi Prambanan, Yogyakarta; sementara sendratari yang bertema sama dalam versi Bali dipentaskan di berbagai Pura di seluruh pulau Bali. Tarian Jawa Wayang orang mengambil cuplikan dari episode Ramayana atau Mahabharata. Akan tetapi tarian ini sangat berbeda dengan versi India. Meskipun sikap tubuh dan tangan tetap dianggap penting, tarian Indonesia tidak menaruh perhatian penting terhadap mudra sebagaimana tarian India: bahkan lebih menampilkan bentuk lokal. Tari keraton Jawa menekankan kepada keanggunan dan gerakannya yang lambat dan lemah gemulai, sementara tarian Bali lebih dinamis dan ekspresif. Tari ritual suci Jawa Bedhaya dipercaya berasal dari masa Majapahit pada abad ke-14 bahkan lebih awal, tari ini berasal dari tari ritual yang dilakukan oleh gadis perawan untuk memuja Dewa-dewa Hindu seperti Shiwa, Brahma, dan Wishnu.
Di Bali, tarian telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ritual suci Hindu Dharma. Beberapa ahli percaya bahwa tari Bali berasal dari tradisi tari yang lebih tua dari Jawa. Relief dari candi di Jawa Timur dari abad ke-14 menampilkan mahkota dan hiasan kepala yang serupa dengan hiasan kepala yang digunakan di tari Bali kini. Hal ini menampilkan kesinambungan tradisi yang luar biasa yang tak terputus selama sedikitnya 600 tahun. Beberapa tari sakral dan suci hanya boleh dipergelarkan pada upacara keagamaan tertentu. Masing-masing tari Bali memiliki kegunaan tersendiri, mulai dari tari suci untuk ritual keagamaan yang hanya boleh ditarikan di dalam pura, tari yang menceritakan kisah dan legenda populer, hingga tari penyambutan dan penghormatan kepada tamu seperti tari pendet. Tari topeng juga sangat populer di Jawa dan Bali, umumnya mengambil kisah cerita Panji yang dapat dirunut berasal dari sejarah Kerajaan Kediri abad ke-12. Jenis tari topeng yang terkenal adalah tari topeng Cirebon dan topeng Bali.
7. Tari Bercorak Islam
download
Sebagai agama yang datang kemudian, Agama Islam mulai masuk ke kepulauan Nusantara ketika tarian asli dan tarian dharma masih populer. Seniman dan penari masih menggunakan gaya dari era sebelumnya, menganti kisah cerita yang lebih berpenafsiran Islam dan busana yang lebih tertutup sesuai ajaran Islam. Pergantian ini sangat jelas dalam Tari Persembahan dari Jambi. Penari masih dihiasi perhiasan emas yang rumit dan raya seperti pada masa Hindu-Buddha, tetapi pakaiannya lebih tertutup sesuai etika kesopanan berbusana dalam ajaran Islam.
Era baru ini membawa gaya baru dalam seni tari: Tari Zapin Melayu dan Tari Saman Aceh menerapkan gaya tari dan musik bernuansa Arabia dan Persia, digabungkan dengan gaya lokal menampilkan generasi baru tarian era Islam. Digunakan pula alat musik khas Arab dan Persia, seperti rebana, tambur, dan gendang yang menjadi alat musik utama dalam tarian bernuansa Islam, begitu pula senandung nyanyian pengiring tarian yang mengutip doa-doa Islami.
8. Tari keraton
download (1)
Tarian di Indonesia mencerminkan sejarah panjang Indonesia. Beberapa keluarga bangsawan; berbagai istana dan keraton yang hingga kini masih bertahan di berbagai bagian Indonesia menjadi benteng pelindung dan pelestari budaya istana. Perbedaan paling jelas antara tarian istana dengan tarian rakyat tampak dalam tradisi tari Jawa. Strata masyarakat Jawa yang berlapis-lapis dan bertingkat tercermin dalam budayanya. Jika golongan bangsawan kelas atas lebih memperhatikan pada kehalusan, unsur spiritual, keluhuran, dan keadiluhungan; masyarakat kebanyakan lebih memperhatikan unsur hiburan dan sosial dari tarian. Sebagai akibatnya tarian istana lebih ketat dan memiliki seperangkat aturan dan disiplin yang dipertahankan dari generasi ke generasi, sementara tari rakyat lebih bebas, dan terbuka atas berbagai pengaruh.
Perlindungan kerajaan atas seni dan budaya istana umumnya digalakkan oleh pranata kerajaan sebagai penjaga dan pelindung tradisi mereka. Misalnya para Sultan dan Sunan dari Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta terkenal sebagai pencipta berbagai tarian keraton lengkap dengan komposisi gamelan pengiring tarian tersebut. Tarian istana juga terdapat dalam tradisi istana Bali dan Melayu, yang bisanya—seperti di Jawa—juga menekankan pada kehalusan, keagungan dan gengsi. Tarian Istana Sumatra seperti bekas Kesultanan Aceh,Kesultanan Deli di Sumatera Utara, Kesultanan Melayu Riau, dan Kesultanan Palembang di Sumatera Selatan lebih dipengaruhi budaya Islam, sementara Jawa dan Bali lebih kental akan warisan budaya Hindu-Buddhanya.