Pengertian tari tradisional adalah suatu tarian yang pada
dasarnya berkembang di suatu daerah tertentu yang berpedoman luas dan
berpijak pada adaptasi kebiasaan secara turun temurun yang
dipeluk/dianut oleh masyarakat yang memiliki tari tersebut. Di buku lain
mengatakan bahwa tari tradisional adalah suatu tarian yang berasal dari
masyarakat daerah tersebut yang sudah turun temurun dan menjadi budaya
masyarakat tersebut.
Tari tradisional dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Tari klasik
ciri ciri dari tari klasik adalah:
a. gerakan dari tarinya sudah ditentukan
b. Nilai seninya tinggi
c. pekembangannya di kalangan bangsawan
d. setiap gerakannya mengandung arti, misalnya seperti gerakan menanam padi
Salah satu dari jenis tari klasik adalah Tari Bedaya Ketawang yang berasal dari daerah Jawa Tengah.
Contoh tari klasik lainnya adalah tari Lawung Alit, tari Gandrung, tari Bandayuda, tari Gathotkaca, tasi
2. Tari tradisional folklasik atau tari rakyat
Untuk ciri dari tari folklasik adalah:
a. Sifatnya sosial
b. nilai seninya sedang
c. berasal dari adat tertentu/ setiap adat biasanya memilikinya
d. berasal dari rakyat daerah tertentu, contohnya di Banyumas mempunyai tari yang bernama Banyumasan
Contoh dari tarian folklasik adalah tari Banyumasan yang berasal dari kabupaten Banyumas, jawa tengah. Contoh lain dari tari klasik adalah tari piring, tari Sintren, tari Buncis, tari Kubrasiwa, tari Orek-orek, dan tari Tayub.
1. Tari Tradisional
Pengertian
Tari Tradisional Dari beberapa bahan bacaan, dapat saya ambil
kesimpulan bahwa pengertian tari tradisional adalah suatu tarian yang
tumbuh dan berkembang di suatu daerah tertentu yang dianut secara turun
temurun oleh masyaraktnya. Tari tradisional umumnya memiliki nilai
historis yang tinggi, pedoman yang luas, dan berpijak pada adaptasi adat
istiadat lingkungan sekitar tempat tumbuhnya.
Berdasarkan koreografinya, tari tradisional dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu tari rakyat, tari klasik, dan tari kreasi baru.
2. Tari Rakyat (Tari Folklasik)
Tari
rakyat adalah jenis tari tradisional yang lahir dari kebudayaan
masyarakat lokal, hidup dan berkembang sejak zaman primitif, dan
diturunkan secara turun temurun sampai sekarang. Tari rakyat atau juga
dikenal dengan sebutan tari folklasik umumnya memiliki beberapa ciri
khas antara lain kental dengan nuansa sosial, merujuk pada adat dan
kebiasaan masyarakat, serta memiliki gerak, rias, dan kostum yang
sederhana. Beberapa contoh tari tradisional yang masuk dalam kategori
tari rakyat antara lain tari Lengger, Tayub, Orek-Orek, tari Piring,
Joget, Kubrasiwa, Buncis, Ndulalak, Sintren, Angguk, dan tari Rodat.
Perlu diketahui bahwa tari rakyat umumnya juga sarat dengan nilai magis.
3. Tari Klasik
Pengertian
tari klasik adalah tari tradisional yang lahir di lingkungan keraton,
hidup dan berkembang sejak zaman feodal, dan diturunkan secara turun
temurun di kalangan bangsawan. Tari klasik umumnya memiliki beberapa
ciri khas antara lain berpedoman pada pakem tertentu (ada standarisasi),
memiliki nilai estetis yang tinggi dan makna yang dalam, serta
disajikan dalam penampilan yang serba mewah mulai dari gerak, riasan,
hingga kostum yang dikenakan. Beberapa contoh tari tradisional yang
masuk dalam kategori tari klasik antara lain tari bedaya, srimpi, lawung
ageng, lawung alit, Gathotkaca Gandrung, Bondabaya, Bandayuda,
Palguna-palgunadi, Retna Tinanding, dan tari Srikandi Bisma.
4. Tari Kreasi Baru
Pengertian
tari kreasi baru adalah tari klasik yang diaransemen dan dikembangkan
sesuai perkembangan zaman, namun tetap mempertahankan nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya. Tari kreasi baru umumnya diciptakan oleh para
pakar tari. Beberapa tari kreasi dapat kita lihat pada karya-karya
Bagong Kusudiarjo dan Sauti. Contoh tari kreasi baru misalnya Tari
Kupu-Kupu, Tari Merak, Tari Roro Ngigel, Tari Ongkek Manis, Tari
Manipuri, dan Tari Roro Wilis.
5. Tari Bercorak Prasejarah atau Tari Suku Pedalaman
Sebelum
bersentuhan dengan pengaruh asing, suku bangsa di kepulauan Indonesia
sudah mengembangkan seni tarinya tersendiri, hal ini tampak pada
berbagai suku bangsa yang bertahan dari pengaruh luar dan memilih hidup
sederhana di pedalaman, misalnya di Sumatera (Suku Batak, Nias,
Mentawai), di Kalimantan (Suku Dayak, Punan, Iban), di Jawa (Suku
Baduy), di Sulawesi (Suku Toraja, Suku Minahasa), di Kepulauan Maluku
dan di Papua (Dani, Asmat, Amungme).
Banyak ahli
antropologi percaya bahwa tarian di Indonesia berawal dari gerakan
ritual dan upacara keagamaan. Tarian semacam ini biasanya berawal dari
ritual, seperti tari perang, tarian dukun untuk menyembuhkan atau
mengusir penyakit, tarian untuk memanggil hujan, dan berbagai jenis
tarian yang berkaitan dengan pertanian seperti tari Hudoq dalam suku
Dayak. Tarian lain diilhami oleh alam, misalnya Tari Merak dari Jawa
Barat. Tarian jenis purba ini biasanya menampilkan gerakan
berulang-ulang seperti tari Tor-Tor dalam suku Batak yang berasal dari
Sumatera Utara. Tarian ini juga bermaksud untuk membangkitkan roh atau
jiwa yang tersembunyi dalam diri manusia, juga dimaksudkan untuk
menenangkan dan menyenangkan roh-roh tersebut. Beberapa tarian
melibatkan kondisi mental seperti kesurupan yang dianggap sebagai
penyaluran roh ke dalam tubuh penari yang menari dan bergerak di luar
kesadarannya. Tari Sanghyang Dedari adalah suci tarian istimewa di Bali,
dimana gadis yang belum beranjak dewasa menari dalam kondisi mental
tidak sadar yang dipercaya dirasuki roh suci. Tarian ini bermaksud
mengusir roh-roh jahat dari sekitar desa. Tari Kuda Lumping dan tari
keris juga melibatkan kondisi kesurupan
6. Tari bercorak Hindu-Buddha
Dengan
diterimanya agama dharma di Indonesia, Hinduisme dan Buddhisme
dirayakan dalam berbagai ritual suci dan seni. Kisah epik Hindu seperti
Ramayana, Mahabharata dan juga Panji menjadi ilham untuk ditampilkan
dalam tari-drama yang disebut "Sendratari" menyerupai "ballet" dalam
tradisi barat. Suatu metode tari yang rumit dan sangat bergaya
diciptakan dan tetap lestari hingga kini, terutama di pulau Jawa dan
Bali. Sendratari Jawa Ramayana dipentaskan secara rutin di Candi
Prambanan, Yogyakarta; sementara sendratari yang bertema sama dalam
versi Bali dipentaskan di berbagai Pura di seluruh pulau Bali. Tarian
Jawa Wayang orang mengambil cuplikan dari episode Ramayana atau
Mahabharata. Akan tetapi tarian ini sangat berbeda dengan versi India.
Meskipun sikap tubuh dan tangan tetap dianggap penting, tarian Indonesia
tidak menaruh perhatian penting terhadap mudra sebagaimana tarian
India: bahkan lebih menampilkan bentuk lokal. Tari keraton Jawa
menekankan kepada keanggunan dan gerakannya yang lambat dan lemah
gemulai, sementara tarian Bali lebih dinamis dan ekspresif. Tari ritual
suci Jawa Bedhaya dipercaya berasal dari masa Majapahit pada abad ke-14
bahkan lebih awal, tari ini berasal dari tari ritual yang dilakukan oleh
gadis perawan untuk memuja Dewa-dewa Hindu seperti Shiwa, Brahma, dan
Wishnu.
Di Bali, tarian telah menjadi bagian tak
terpisahkan dari ritual suci Hindu Dharma. Beberapa ahli percaya bahwa
tari Bali berasal dari tradisi tari yang lebih tua dari Jawa. Relief
dari candi di Jawa Timur dari abad ke-14 menampilkan mahkota dan hiasan
kepala yang serupa dengan hiasan kepala yang digunakan di tari Bali
kini. Hal ini menampilkan kesinambungan tradisi yang luar biasa yang tak
terputus selama sedikitnya 600 tahun. Beberapa tari sakral dan suci
hanya boleh dipergelarkan pada upacara keagamaan tertentu. Masing-masing
tari Bali memiliki kegunaan tersendiri, mulai dari tari suci untuk
ritual keagamaan yang hanya boleh ditarikan di dalam pura, tari yang
menceritakan kisah dan legenda populer, hingga tari penyambutan dan
penghormatan kepada tamu seperti tari pendet. Tari topeng juga sangat
populer di Jawa dan Bali, umumnya mengambil kisah cerita Panji yang
dapat dirunut berasal dari sejarah Kerajaan Kediri abad ke-12. Jenis
tari topeng yang terkenal adalah tari topeng Cirebon dan topeng Bali.
7. Tari Bercorak Islam
Sebagai
agama yang datang kemudian, Agama Islam mulai masuk ke kepulauan
Nusantara ketika tarian asli dan tarian dharma masih populer. Seniman
dan penari masih menggunakan gaya dari era sebelumnya, menganti kisah
cerita yang lebih berpenafsiran Islam dan busana yang lebih tertutup
sesuai ajaran Islam. Pergantian ini sangat jelas dalam Tari Persembahan
dari Jambi. Penari masih dihiasi perhiasan emas yang rumit dan raya
seperti pada masa Hindu-Buddha, tetapi pakaiannya lebih tertutup sesuai
etika kesopanan berbusana dalam ajaran Islam.
Era
baru ini membawa gaya baru dalam seni tari: Tari Zapin Melayu dan Tari
Saman Aceh menerapkan gaya tari dan musik bernuansa Arabia dan Persia,
digabungkan dengan gaya lokal menampilkan generasi baru tarian era
Islam. Digunakan pula alat musik khas Arab dan Persia, seperti rebana,
tambur, dan gendang yang menjadi alat musik utama dalam tarian bernuansa
Islam, begitu pula senandung nyanyian pengiring tarian yang mengutip
doa-doa Islami.
8. Tari keraton
Tarian
di Indonesia mencerminkan sejarah panjang Indonesia. Beberapa keluarga
bangsawan; berbagai istana dan keraton yang hingga kini masih bertahan
di berbagai bagian Indonesia menjadi benteng pelindung dan pelestari
budaya istana. Perbedaan paling jelas antara tarian istana dengan tarian
rakyat tampak dalam tradisi tari Jawa. Strata masyarakat Jawa yang
berlapis-lapis dan bertingkat tercermin dalam budayanya. Jika golongan
bangsawan kelas atas lebih memperhatikan pada kehalusan, unsur
spiritual, keluhuran, dan keadiluhungan; masyarakat kebanyakan lebih
memperhatikan unsur hiburan dan sosial dari tarian. Sebagai akibatnya
tarian istana lebih ketat dan memiliki seperangkat aturan dan disiplin
yang dipertahankan dari generasi ke generasi, sementara tari rakyat
lebih bebas, dan terbuka atas berbagai pengaruh.
Perlindungan
kerajaan atas seni dan budaya istana umumnya digalakkan oleh pranata
kerajaan sebagai penjaga dan pelindung tradisi mereka. Misalnya para
Sultan dan Sunan dari Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta terkenal sebagai pencipta berbagai tarian keraton lengkap dengan komposisi gamelan
pengiring tarian tersebut. Tarian istana juga terdapat dalam tradisi
istana Bali dan Melayu, yang bisanya—seperti di Jawa—juga menekankan
pada kehalusan, keagungan dan gengsi. Tarian Istana Sumatra seperti
bekas Kesultanan Aceh,Kesultanan Deli
di Sumatera Utara, Kesultanan Melayu Riau, dan Kesultanan Palembang di
Sumatera Selatan lebih dipengaruhi budaya Islam, sementara Jawa dan Bali
lebih kental akan warisan budaya Hindu-Buddhanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar